Proses pengucapan syahadat Jaya Enda Suranta Sembiring (dua dari kiri). FOTO: Ari/AgioDeli.ID |
Safari Ramadan Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara, di tengah purnama malam ke-15 (Sabtu, 16 April 2022), terasa berbeda. Cukup spesial.
Catatan Ari Sisworo, S.Sos., Wakil Ketua Bidang Media DPC PPP Deliserdang
SAYA menyimpulkan Safari Ramadan kali ini sebagai perjalanan spesial lantaran membawa misi penting: Mensyahadatkan, mengislamkan, mentauhidkan keimanan seorang pemuda pada keesaan Allah SWT.
Tujuannya ke
sebuah desa cukup pelosok di Kecamatan Sibolangit, Kabupaten
Deliserdang. Adalah Desa
Kuala. Letaknya di atas lereng-lereng aliran Sungai Sembahe.
Pukul 16.00
WIB, rombongan berkumpul di rumah Ketua DPC PPP Deliserdang, Misnan Aljawi, SH., MH. Ada 10 orang. Dipimpin langsung
Misnan Aljawi.
Ada Ketua
OKK I, Ustad Ngatman Aziz dalam rombongan. Juga ada Ketua OKK II Alwansyah Putra Harahap,
Bendahara DPC PPP Deliserdang juga pastinya, Ustad Abdul Ghafur Sina SH, dan
beberapa lainnya.
Selepas
Ashar, tim dengan mengendarai dua mobil berangkat. Masing-masing lima orang
dalam satu mobil. Menyusuri jalanan, melintasi Kota Medan.
Di
perbatasan Medan Selayang, Kota Medan, dengan Kecamatan Pancurbatu, Kabupaten
Deliserdang, hari tampak mulai petang.
Sekitar
pukul 18.00 WIB. Rombongan singgah di sebuah minimarket. Membeli sejumlah
kebutuhan (minuman dan cemilan) untuk persiapan berbuka puasa.
Dikhawatirkan,
saat kumandang Azan menggema, tim masih dalam perjalan.
Beberapa
saat setelahnya, tim kembali melanjutkan perjalanan. Memasuki wilayah Kecamatan
Sibolangit. Sepertinya tak jauh lagi.
Laju mobil
mulai perlahan, jalan yang dilintasi tidak begitu lebar. Bila dua mobil
berpapasan, maka salah satunya harus mengalah terlebih dulu. Menepi. Sampai ke
beram jalan.
Tak ada
lampu penerangan jalan di sepanjang jalan itu. Tak jarang, dahan-dahan pohon
menjuntai menghalangi laju kendaraan. Gelap. Hanya lampu mobil yang standby menerangi arah yang akan dituju.
Beberapa
kilometer ke dalam, tim disambut papan nama. "Selamat Datang di Daerah
Wisata Karomah". Begitu tulisannya.
Melihat itu,
Misnan Aljawi berujar kalau dia pernah membawa rombongan pengajian ibu-ibu ke lokasi
wisata itu. Ya, beberapa tahun lalu.
Tak jauh dari
papan nama itu, ada juga pemberitahuan, jika daerah itu memasuki kawasan Desa
Mbelin, Kecamatan Sibolangit. Namun, di kanan dan kiri jalan, masih belum terlihat
rumah-rumah warga.
Sekitar 1
kilometer lagi kalau tidak salah, baru ada permukiman. Cukup ramai. Masih
banyak warga duduk di depan rumah masing-masing. Di warung-warung kopi juga
banyak.
Sekitar lima
menitan lagilah waktu berbuka. Penyiar radio yang terkoneksi di mobil rombongan menyebutkan waktu berbuka di daerah
itu sekitar pukul 18.32 WIB.
"Tak lama
lagi ini, terkejar tidak ya buka puasa di masjid di sana (Masjid di Desa
Kuala)?" celetuk salah seorang anggota rombongan di mobil milik Ketua DPC
PPP.
Masing-masing
celingak-celinguk. Berjarak 20 atau 10 meter ke depan, ternyata ada bendera
warna hijau, di tengahnya berlambang Ka'bah. Bendera kebesaran PPP berkibar di
salah satu rumah yang juga sebuah warung.
"Alhamdulillah,
sudah sampai ke pelosok bendera kita berkibar. Semoga kita akan terus istiqomah
dan semangat untuk membesarkan PPP ini," ungkap Misnan Aljawi.
Driver
membuka kaca mobil, kepada seorang pemuda berseragam Pimpinan Anak Cabang (PAC)
PPP Sibolangit, dia menyanyakan apakah masjid yang akan dituju masih jauh atau
sudah dekat.
"Tidak
Pak, dekat lagi," kata pemuda yang mengenakan sarung dan peci itu. Dia pun
kemudian dibonceng dengan sepeda motor mengikuti jalannya rombongan.
Benar saja,
hanya sekitar 100 atau 200-an meter ke depan, tibalah tim di masjid yang dituju.
Masjid Al-Mukminun. Di sebelah kiri jalan. Agak sedikit menanjak. Setelah mobil
diparkir, rombongan langsung naik ke atas masuk masjid.
"Allahu
akbar, Allahu akbar." Suara Azan berkumandang, dari seorang bilal di
masjid itu.
Ternyata bilalnya masih bocah. Di dalam masjid, rombongan sudah dihidangkan masing-masing segelas teh manis dan dua kue. Tersusun rapi. Untuk laki-laki di shaf depan, dan perempuan di belakang. Alhamdulillah!
Syahadatain
Seusai
Maghrib, jemaah perempuan menyiapkan hidangan alakadar. Nasi, ada ikan sambal,
plus tumis terung dan kacang panjang.
Sudah
dibungkusi masing-masing. Disediakan perjamaah yang hadir. Setelah para ahli isap, jemaah pria
yang menyelesaikan ritual merokok, barang sebatang dua batang di halaman masjid,
kemudian masuk ke dalam.
Satu persatu
mencari tempat duduknya. Makan bersama pun dimulai. Layaknya sebuah keluarga
besar, meski baru pertama kali bertemu.
Begitu
syahdunya malam itu. Di luar, terdengar suara gerimis hujan dan deru air
mengalir di parit.
Singkat
cerita, setelah bersantap nasi, proses syahadatain pun dipersiapkan. Pemuda
yang mendapat hidayah, memilih jalan Muallaf, memastikan diri sebagai penyembah
Allah Azza Wajalla, adalah Jaya Enda Suranta Sembiring.
Usianya 24
tahun. Warga Dusun I, Desa Bengkurung, Kecamatan Sibolangit. Berpakaian sederhana: kemeja gamis warna putih, celana
hitam, dan lobe putih.
Dia duduk
bersila, tepat di depan Ketua DPC PPP Deliserdang, Misnan Aljawi dan Ketua OKK
Ustad Ngatman Azis. Di sebelah kirinya, imam sekaligus Ketua Badan Kenaziran
Masjid (BKM) Al Mukminun, Muhammad Lebih Tarigan, di kanannya Ketua Pimpinan
Anak Cabang (PAC) Sibolangit, Thomas Tarigan, dan jajaran pengurus DPC PPP
Deliserdang serta PAC Sibolangit.
Bendahara
DPC PPP, Ustad Abdul Ghafur Sina sibuk membuat surat pernyataan yang akan
diteken Jaya Enda Suranta Tarigan, berisi kesediaanya memeluk Islam tanpa
sedikit pun ada unsur paksaan dan atas kesadarannya sendiri.
Setelah
semuanya rampung, proses pengucapan dua kalimat syahadat pun dimulai. Dibimbing
Ustad Ngatman Azis, Jaya Enda Suranta Sembiring mantap mengucapkan kalimat
mulia itu tanpa keraguan sedikit pun.
Dengan
menggenggam erat tangan Ustad Ngatman Azis, Jaya pun mengikrarkan diri sebagai
pengikut Muhammad SAW.
"Ashadu
alla illaha illallah, wa ashadu anna Muhammadurasullulah. Aku bersaksi bahwa
tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi Muhammad adalah utusan-Nya,"
ucap Jaya, tegas.
"Takbir!"
teriak salah seorang pengurus DPC PPP Deliserdang. "Allahu akbar,"
sambut jemaah dan semua yang hadir di tempat itu.
Setidaknya,
tiga kali suara takbir itu menggema. Memecah keheningan.
Seorang yang
muallaf, akan mendapat keistimewaan di mata Allah SWT. Pertama, dihapus keburukan
dan mendapat kebaikan.
"Jika
seorang hamba memeluk Islam, lalu Islamnya baik, Allah menulis semua kebaikan
yang pernah dia lakukan, dan dihapus darinya semua keburukan yang pernah
dilakukan. Kemudian setelah itu ada qishash (balasan yang adil), yaitu satu
kebaikan dibalas 10 kali lipat sampai 700 kali lipat. Adapun satu keburukan
dibalas dengan sama, kecuali Allah Azza wa jalla mengampuninya." (HR Nasai, No. 4998, dishahihkan oleh Syaikh
Al-Albani di dalam silsilah Ash-Shahihah, No. 247).
Kedua, rezeki
yang cukup dari Allah SWT. "Sungguh telah beruntung orang yang
memeluk Islam dan dia diberi rezeki yang cukup, dan Allah menjadikannya qana'ah
(ridha: menerima) dengan apa yang Dia berikan kepadanya". (HR Muslim,
Tirmidzi, Ahmad dan Ibnu Majah).
Masjid Al Mukminun Jadi Saksi
Masjid Al
Mukminun dibangun Drs. H.
Harun Amin pada tahun 1986. Masjid ini dipugar kembali pada 18 Juli 2009 dan
peletakan batu pertama pemugaran dilakukan Drs. H. Hasbullah Hadi, SH. MKn. (almarhum), selaku Ketua BPH Universitas Alwashliyah
(Univa) Medan.
Kini, Masjid Al Mukminun menjadi saksi bisu Jaya Enda Suranta Sembiring memasuki
kehidupan baru sebagai seorang Muslim.
Masjidnya
tak begitu besar. Cukuplah untuk menampung 40-50 jamaah. Berada di pemukiman padat
penduduk yang mayoritas masih non Muslim.
Letaknya
relatif cukup tinggi jika dibandingkan rumah warga sekitar. Mesti naik anak
tangga untuk menjangkaunya.
Masjid ini
tidak hanya menjadi saksi bagi Jaya Enda Suranta mengucapkan dua kalimat
syahadat, tapi juga bagi warga Muslim lainnya di kampung itu yang memang
kebanyakan adalah muallaf.
"Jadi
gini. Aku, bulan lima (Mei) nanti pas setahun masuk Islam. Pernah aku kayak
gini, rasa-rasanya aku salat di masjid ini (Al Mukminun). Padahal, aku di
rumah," ungkap Toni Kaban, Wakil Sekretaris PAC PPP Sibolangit.
Ikhwalnya, sebelum memutuskan berpindah agama,
dia bersama istrinya pulang dari rumah ibadah di agama yang mereka anut
sebelumnya. Sepulang beribadah, tiba-tiba kaki kirinya terasa begitu nyeri.
Sakit betul saat itu.
Sampai-sampai,
dia meminta istrinya untuk membaca doa agar sakit yang dialaminya itu bisa
sembuh. Namun apa lacur? Setiap doa yang dibacakan, kian menambah rasa sakit
yang dialaminya.
Bosan dengan
itu, Toni tiba-tiba menyebut, "Allahu Akbar" sambil mengurutkan kedua
tangannya ke bagian kaki yang sakit. "Aku pun gak tahu, kok bisa nyebut
Allahu Akbar. Setiap kusebut, dan kupijatkan tanganku ke kaki ini, sakitnya
berkurang," ucap Toni Kaban, yang mengaku berasal dari Sidikalang, Dairi.
Setelah
beberapa lama, rasa sakit di kakinya yang dialami selama itu hilang. Sembuh
total. Dari situ, muncul niat dan tekadnya untuk masuk Islam. Selama
keinginannya untuk berpindah agama itulah, dia mengalami kejadian spiritual.
Seolah dia
melihat dirinya sendiri sedang salat di Masjid Al Mukminun itu. "Luar
biasa itu," tuturnya.
Setelah
muallaf, dua minggu berselang, istrinya juga mengikuti jejak Toni Kaban.
"Bedanya dua minggulah aku sama istriku. Kalau istriku muallafnya sama
ustad gak jauh dari sini," ujarnya. (*)