Masyarakat etnis Jawa melakukan ritual kirab di malam 1 Suro. Sumber: Konten Jateng
AgioDeli.ID – Malam 1
Suro merupakan malam tahun baru bagi masyarakat etnis Jawa. Pada malam ini,
banyak etnis Jawa menggelar kirab untuk merayakan pergantian tahun.
Malam satu suro bertepatan pula dengan malam 1 Muharram, tahun
baru Islam. Merujuk kalender
Jawa, malam 1 Suro jatuh pada 29 Juli 2022, sejak sesudah waktu maghrib.
Bulan Suro
atau disebut juga Sasi Sura ini adalah bulan pertama dalam kalender Jawa.
Kalender Jawa sendiri adalah sistem penanggalan yang digunakan Kesultanan
Mataram pada masa kepimpinan Sultan Agung Hanyakrakusuma tahun 1613-1645.
Adapun bulan
kedua dalam kalender
Jawa adalah Sapar.
Selanjutnya Mulud, Bakda
Mulud, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rajab, Ruwah, Bulan Pasa atau puasa, Syawal,
Sela, dan Besar.
Ada banyak
mitos terkait dengan malam 1 Suro. Masyarakat etnis Jawa meyakini akan muncul musibah tepat di malam tersebut.
Sehingga, ada banyak
larangan saat memasuki malam 1 Suro.
Berikut ini larangan
di malam 1 Suro:
1. Dilarang
Pergi Ke Luar Rumah
2. Dilarang
Pindah Rumah
3. Tidak
Mengadakan Pesta
4. Menjaga
Lisan
Larangan tersebut berhubungan dengan mitos bahwa malam 1 Suro akan diselimuti misteri
menyeramkan. Pada malam tersebut, konon, berbagai jenis makhluk gaib bergentayangan karena
malam itu merupakan pestanya makhluk gaib.
Pada malam 1 Suro biasanya ada sejumlah tradisi
yang berkembang di lingkungan masyarakat etnis Jawa. Di Yogyakarta, misalnya,
dilakuka kirab atau
iring-iringan rombongan masyarakat sembari membawa keris.
Para
abdi dalem keraton juga membawa hasil kekayaan alam yang membentuk gunungan
tumpeng dan benda pusaka sebagai sajian khas iring-iringan kirab malam 1 Suro.
Sementara di
Solo, perayaan malam 1 Suro diisi dengan tradisi kebo (kerbau) bule. Kebo bule
ini menjadi daya tarik warga yang menonton perayaan malam 1 Suro.
Tradisi
kebo bule dianggap keramat oleh warga setempat. Sebab, Kebo Bule Kyai Slamet
ini bukan kerbau sembarangan, melainkan salah satu pusaka penting keraton.
Penjelasan Ulama
Buya Yahya menekankan bahwa malam 1 Suro atau 1 Muharram
pada tahun Hijriah merupakan malam penuh rahmat.
“Semua hari
adalah baik. Hari jelek hanya ada satu, ketika manusia melanggar perintah dan
larangan Allah. Bulan Suro merupakan bulan yang penuh rahmat bukan keramat,”
terang Buya Yahya dalam video yang diunggah oleh akun YouTube Al-Bahjah TV.
Di
kesempatan lain, Ustadz Abdul Somad juga menyerukan kepada masyarakat supaya
tidak menganggap bulan Suro atau Muharram sebagai bulan menakutkan.
Contoh saja
dalam hal pernikahan, Ustadz Abdul Somad juga memberikan penjelasan bahwa
menikah di bulan Muharram sebenarnya tidak mengapa.
Sebab, jika seseorang telah berusaha dan
berniat baik, misalnya menikah, hendaklah dirinya bertawakal kepada Allah
Ta’alaa.
Apabila
ditunda hanya berdasar pada mitos, dikhawatirkan saat Muharram sudah lewat, si
mempelai akan berubah niat atau umurnya tidak kesampaian.
Selain itu, lanjut
Ustadz Abdul Somad, Muharram
juga seyogianya dimaknai sebagai bulan yang dapat membawa kebaikan untuk kita
semua lewat amal ibadah.
"Jadi
bayangkan saja, dahulu orang jahiliyah sudah bisa meninggalkan hal yang buruk
di awal bulan ini. Maka
kita yang sudah lebih sempurna akal dan pikirannya dari jahiliyah, haruslah mengoreksi
diri sendiri dan mulailah berbuat amal saleh di awal Muharram," katanya
dikutip dari channel YouTube, Afterlife Fighters. (indra)