AgioDeli.ID – Kerangka desain sosial menjadi buah tangan Tengku Zainuddin, selaku founder Bingkai Budaya Indonesia (BBI), dalam Workshop Pengembangan dan Pemanfaatan Objek Pemajuan Kebudayaan Provinsi Sumatera Utara di Grand Mercure Hotel Angkasa, Medan.
Workshop itu sendiri diselenggarakan selama empat hari, 15-18
Maret 2022. Sebagai penyelenggara, Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Aceh mengemas
kegiatan ini untuk mensosialisasikan program-program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kepada
stakeholder di wilayah Sumatera Utara dan Aceh. Sekadar diketahui, wilayah
kerja BPNB Aceh mencakup seluruh daerah di Provinsi Aceh dan Sumatera Utara.
Sebagai salah satu lembaga non-pemerintah yang
berkonsentrasi melakukan upaya pengembangan kebudayaan lewat beragam gerakan
dan kerja-kerja penelitian, BBI menjadi peserta aktif dalam workshop tersebut.
Penyerahan kerangka desain sosial dilakukan Tengku
Zainuddin di sela-sela workshop. Buah tangan ini langsung diterima Pelaksana
Tugas (Plt) Kepala BPNB Aceh, Drs. Nurmatias.
“Bingkai Budaya Indonesia memiliki tanggungjawab moral
untuk mendukung program-program pemerintah yang dipaparkan dalam workshop.
Hasil telaah kami, program-program tersebut sebangun dengan visi Bingkai Budaya
Indonesia, yakni membentuk ketahanan budaya di tengah-tengah masyarakat,”
ungkap Tengku Zainudddin kepada AgioDeli.ID di Medan, Jumat (18/3/2022).
Ipoleksosbudhankam
Tengku, demikian budayawan ini akrab disapa, memaparkan
secara rinci maksud dan tujuan lembaganya menyerahkan kerangka desain sosial
kepada BPNB Aceh. Yang utama, sebutnya, membantu BPNB dalam pemetaan kondisi
aktual dan faktual objek-objek kebudayaan maupun sumber daya manusia yang
bersinggungan di beberapa kabupaten di Sumatera Utara.
Kerangka desain sosial itu, lanjutnya, juga mencakup
upaya sistematis bagaimana kondisi sosial kemasyarakatan bisa dibentuk selaras
dengan program-program pemajuan kebudayaan.
“Sasaran kita seluruh daerah di Sumatera Utara, yang saat
ini memang menjadi wilayah konsentrasi Bingkai Budaya Indonesia. Hanya,
kerangka desain sosial yang kita serahkan itu, masih menyasar pada kabupaten
yang bersinggungan langsung dengan pesisir timur Sumatera Utara. Persoalan
waktu saja, makanya belum semua daerah kita petakan,” pungkas Tengku.
Mengapa memilih kabupaten yang bersinggungan dengan pesisir
timur dan bukan dataran tinggi Sumut? Menjawab ini, Tengku punya argumentasi
akademik.
“Ketahanan budaya, justru harus lebih awal didesain di kawasan
yang bersinggungan dengan pesisir. Pertama, untuk menghempang infiltrasi budaya
asing. Kemudian, potensi kebudayaan di pesisir dan daerah sekitarnya,
sebagaimana masa kejayaan masa lampau, bisa dibangkitkan kembali untuk memperkokoh
ideologi, politik, ekonomi, sosial, pertahanan dan keamanan yang selama ini
sering disingkat menjadi ipoleksosbudhankam. Itu makanya pemerintahan saat ini
berkonsentrasi membangun proyek-proyek kemaritiman,” pungkas Tengku.
Apa tanggapan BPNB atas buah tangan BBI? Mengutip keterangan
Tengku, pihak BPNB menanggapi positif. BPNB menyimpulkan itu sebagai wujud
sinergisitas antara lembaga pemerintahan dan stakeholder nonpemerintahan. (donny)