Dihadirkan dalam Workshop Kebudayaan, Tengku Zainuddin Serahkan Kerangka Desain Sosial kepada BPNB Aceh

Editor: AgioDeli.id author photo

Kepala BPNB Aceh - Drs. Nurmatias
DESAIN SOSIAL: Tengku Zainuddin (kanan), founder Bingkai Budaya Indonesia (BBI) menyerahkan kerangka desain sosial kepada Plt Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya (PBNB) Aceh, Drs. Nurmatias, di sela workshop kebudayaan di Grand Mercure Hotel Angkasa, Medan, Rabu (16/3/2022). Foto: donny/AgioDeli.ID

AgioDeli.ID Kerangka desain sosial menjadi buah tangan Tengku Zainuddin, selaku founder Bingkai Budaya Indonesia (BBI), dalam Workshop Pengembangan dan Pemanfaatan Objek Pemajuan Kebudayaan Provinsi Sumatera Utara di Grand Mercure Hotel Angkasa, Medan.

Workshop itu sendiri diselenggarakan selama empat hari, 15-18 Maret 2022. Sebagai penyelenggara, Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Aceh mengemas kegiatan ini untuk mensosialisasikan program-program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kepada stakeholder di wilayah Sumatera Utara dan Aceh. Sekadar diketahui, wilayah kerja BPNB Aceh mencakup seluruh daerah di Provinsi Aceh dan Sumatera Utara.

Sebagai salah satu lembaga non-pemerintah yang berkonsentrasi melakukan upaya pengembangan kebudayaan lewat beragam gerakan dan kerja-kerja penelitian, BBI menjadi peserta aktif dalam workshop tersebut.

Penyerahan kerangka desain sosial dilakukan Tengku Zainuddin di sela-sela workshop. Buah tangan ini langsung diterima Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPNB Aceh, Drs. Nurmatias.

“Bingkai Budaya Indonesia memiliki tanggungjawab moral untuk mendukung program-program pemerintah yang dipaparkan dalam workshop. Hasil telaah kami, program-program tersebut sebangun dengan visi Bingkai Budaya Indonesia, yakni membentuk ketahanan budaya di tengah-tengah masyarakat,” ungkap Tengku Zainudddin kepada AgioDeli.ID di Medan, Jumat (18/3/2022).


Ipoleksosbudhankam

Tengku, demikian budayawan ini akrab disapa, memaparkan secara rinci maksud dan tujuan lembaganya menyerahkan kerangka desain sosial kepada BPNB Aceh. Yang utama, sebutnya, membantu BPNB dalam pemetaan kondisi aktual dan faktual objek-objek kebudayaan maupun sumber daya manusia yang bersinggungan di beberapa kabupaten di Sumatera Utara.

Kerangka desain sosial itu, lanjutnya, juga mencakup upaya sistematis bagaimana kondisi sosial kemasyarakatan bisa dibentuk selaras dengan program-program pemajuan kebudayaan.

“Sasaran kita seluruh daerah di Sumatera Utara, yang saat ini memang menjadi wilayah konsentrasi Bingkai Budaya Indonesia. Hanya, kerangka desain sosial yang kita serahkan itu, masih menyasar pada kabupaten yang bersinggungan langsung dengan pesisir timur Sumatera Utara. Persoalan waktu saja, makanya belum semua daerah kita petakan,” pungkas Tengku.

Mengapa memilih kabupaten yang bersinggungan dengan pesisir timur dan bukan dataran tinggi Sumut? Menjawab ini, Tengku punya argumentasi akademik.

“Ketahanan budaya, justru harus lebih awal didesain di kawasan yang bersinggungan dengan pesisir. Pertama, untuk menghempang infiltrasi budaya asing. Kemudian, potensi kebudayaan di pesisir dan daerah sekitarnya, sebagaimana masa kejayaan masa lampau, bisa dibangkitkan kembali untuk memperkokoh ideologi, politik, ekonomi, sosial, pertahanan dan keamanan yang selama ini sering disingkat menjadi ipoleksosbudhankam. Itu makanya pemerintahan saat ini berkonsentrasi membangun proyek-proyek kemaritiman,” pungkas Tengku.

Apa tanggapan BPNB atas buah tangan BBI? Mengutip keterangan Tengku, pihak BPNB menanggapi positif. BPNB menyimpulkan itu sebagai wujud sinergisitas antara lembaga pemerintahan dan stakeholder nonpemerintahan. (donny)

Share:
Komentar

Berita Terkini

 
Desain: indotema.com