Bang Ijeck, Sosok Pemimpin yang Menghidupkan Dakwah Politik Berbasis Akhlak dan Mau’izah Bil Hasanah

Editor: dicky irawan author photo
Ir. Gunawan Hidayat M.Sc.
.

Penulis : Ir.Gunawan Hidayat, M.Sc, Sekretaris Jendral DPP MDI Pusat yang Juga sebagai Plt. Ketua MDI Sumatera Utara 

Agiodeli.id - Di tengah kompleksitas dunia politik yang seringkali diwarnai konflik kepentingan dan degradasi moral, kehadiran sosok H. Musa Rajekshah atau Bang Ijeck menjadi oase yang menyegarkan. 

Bukan hanya sebagai politisi, tetapi juga sebagai pribadi yang mengamalkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan publiknya. 

Kepemimpinannya di DPD Partai Golkar Sumatera Utara bukan sekadar formalitas politik, tetapi juga jalan dakwah sosial yang menyatukan agama, etika dan pengabdian. 

Menjalankan Politik sebagai Jalan Dakwah 

Dalam berbagai kesempatan, Bang Ijeck menunjukkan bahwa keterlibatannya dalam politik bukanlah sekadar untuk kekuasaan. Ia menjadikan politik sebagai wasilah atau sarana untuk menyebarkan kebaikan dan memperluas kebermanfaatan. 

Melalui pendekatan santun, komunikatif, dan penuh empati, ia mengedepankan dakwah model mau’izah bil hasanah — memberi nasihat dengan kelembutan dan akhlak mulia. 

Kegiatan sosial, pengajian, bantuan ke pesantren, serta keterlibatannya dalam majelis-majelis keagamaan menunjukkan bahwa Bang Ijeck bukan hanya mendekatkan dirinya dengan masyarakat, tetapi juga menegaskan bahwa politik bisa menjadi bagian dari ibadah dan ladang amal. 

Dekat dengan Ulama, Dekat dengan Umat 

Sebagai Ketua DPD Golkar Sumut, H. Musa Rajekshah dikenal memiliki hubungan harmonis dengan para ulama, tokoh ormas Islam dan komunitas dakwah. 

Ia bukan tipe politisi yang hanya datang ke masjid saat kampanye, melainkan rutin menghadiri pengajian, mendukung gerakan dakwah Islam dan aktif dalam program-program keumatan. 

Kedekatannya dengan umat inilah yang menjadikannya dicintai bukan karena janji politik, tetapi karena kehadirannya yang tulus dan konsisten.

Menurut Ir. Gunawan Hidayat, M.Sc, Sekretaris Jendral DPP MDI Pusat yang juga sebagai Plt. Ketua MDI Sumatera Utara, memandang kepemimpinan H. Musa Rajekshah dari sudut pandang dakwah Islam kontemporer dan gerakan amar ma’ruf nahi munkar dalam konteks sosial-politik. 

Dakwah Mau’izah Bil Hasanah dalam Praktik Kepemimpinan yang di jalankan oleh Bang Ijeck, menurut Gunawan Hidayat, dakwah yang dilakukan melalui kelembutan, keteladanan, dan akhlak adalah inti dari mau’izah bil hasanah, seperti yang diajarkan dalam QS. An-Nahl ayat 125. 

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik…” 

Model kepemimpinan Bang Bang Ijeck mencerminkan ayat ini secara nyata. Ia tidak menjadikan kekuasaan sebagai alat penindasan, melainkan sebagai media penyebar kebaikan, nasihat, dan pencerahan. 

Gaya kepemimpinannya lembut, namun tegas dalam prinsip sebuah perpaduan yang mencerminkan sirah nabawiyah dalam konteks kekinian. 

Politik Etis: Amanah, Adil, dan Bermartabat 

Dalam Islam, kekuasaan bukan tujuan, melainkan amanah (QS. Al-Ahzab: 72). 

Seorang pemimpin harus bertanggungjawab di hadapan manusia dan Allah. Musa Rajekshah, menurut Gunawan Hidayat, menunjukkan pemahaman mendalam atas makna kepemimpinan yang amanah. 

Ia tidak tergoda oleh gemerlap politik pragmatis, melainkan tetap menjaga etika, kesederhanaan, dan prinsip keadilan dalam setiap kebijakan partai. 

Membangun Peradaban, Bukan Sekadar Memenangkan Kekuasaan 

Dalam perspektif gerakan dakwah, politik bukan hanya kontestasi jabatan, melainkan bagian dari pembangunan peradaban Islam. Seorang pemimpin seperti Bang Bang Ijeck dinilai sedang menjalankan peran tersebut: menjaga akhlak umat, membangun kolaborasi antar elemen masyarakat, dan merawat harmoni sosial lintas golongan dan agama. 

Kepedulian Bang Bang Ijeck terhadap pendidikan Islam, ekonomi umat, dan penguatan nilai moral dalam keluarga dan komunitas menjadi fondasi peradaban yang lebih luas dan berkelanjutan. 

Bukti Politik Mau’izah Bil Hasanah Seorang H. Musa Rajekshah 

Kepemimpinan H. Musa Rajekshah tidak hanya memperkuat soliditas internal partai, tetapi juga membuktikan kemampuannya dalam membangun kepercayaan rakyat melalui kerja-kerja nyata dan pendekatan yang merakyat. 

Salah satu pencapaian paling menonjol adalah raihan 8 kursi DPR RI dari dapil Sumatera Utara atau dua kali lipat dari jumlah perolehan sebelumnya pada Pemilu 2019 yang hanya mencapai 4 kursi. 

Lonjakan ini menandai kembalinya dominasi Partai Golkar sebagai kekuatan utama dalam mewakili suara masyarakat Sumut di Senayan. 

Di tingkat provinsi, Partai Golkar berhasil mengukuhkan diri sebagai fraksi terbesar dengan 22 kursi DPRD Provinsi Sumatera Utara, mengungguli partai-partai besar lainnya seperti PDI Perjuangan (21 kursi) dan Gerindra (13 kursi). 

Capaian ini tidak hanya menunjukkan kekuatan mesin partai, tetapi juga kemampuan H. Musa Rajekshah dalam memimpin konsolidasi strategis di seluruh wilayah Sumut. 

Di level DPRD Kabupaten/Kota, Golkar mencatatkan rekor luar biasa dengan menempatkan 208 kader di parlemen lokal naik signifikan dibandingkan periode sebelumnya yang berjumlah 184 kader. 

Dari total 33 kabupaten/kota di Sumatera Utara, Golkar berhasil: 

• Menjadi Ketua DPRD di 14 kabupaten/kota.

• Menempati posisi Wakil Ketua DPRD di 16 kabupaten/kota.

•Memimpin perolehan suara terbanyak di 14 daerah. 

Dengan capaian ini, Partai Golkar memiliki posisi strategis untuk mengawal pembangunan dan kebijakan publik secara langsung di lebih dari 90% wilayah administratif Sumatera Utara. 

Pemimpin yang Membumi, Berdakwah dan Mencerahkan 

H. Musa Rajekshah bukan sekadar politisi, ia adalah da’i sosial yang menyampaikan pesan dakwah melalui tindakan nyata. 

Ia menunjukkan bahwa politik bisa menjadi ruang ibadah jika dijalani dengan niat yang lurus, pendekatan yang bijak, dan kepemimpinan yang berpihak pada rakyat. 

“Dengan segala aspek moral, sosial, dan religius yang melekat padanya, maka sangat wajar jika umat dan masyarakat luas melihat bahwa Bang Ijeck bukan hanya layak, tetapi juga satu-satunya tokoh yang pantas memimpin DPD Partai Golkar Sumatera Utara untuk yang kedua kalinya. 

Ia bukan hanya memimpin, tetapi mendidik dan bukan hanya berkuasa, tetapi mencerahkan” sebut Gunawan Hidayat. (red)

Share:
Komentar

Berita Terkini

 
Desain: indotema.com