Festival Seni Taman; Kolaborasi Memupus Perbedaan

Editor: AgioDeli.id author photo

 

agiodeli.com – Perbedaan bukan untuk diperdebatkan, apalagi dipertentangkan. Sebab, perbedaan adalah takdir.

Narasi itu disampaikan Sugeng Satya Darma, sastrawan sekaligus kritikus film nasional, saat memandu persembahan tari multietnik hasil kolaborasi sejumlah pimpinan sanggar dalam Festival Seni Taman di Taman Sri Deli, akhir pekan (30/10/2021).

“Konsep tarian multientik ini tidak dipersiapkan sebelumnya. Jadi ini konsep yang baru diciptakan hari ini. Terima kasih Bang Manchu Ahmadsyamrada, pimpinan MCDC (Medan Culture Dance Company) yang menginisiasi penampilan ini,” ungkap peraih Piala Mitra Festival Film Indonesia (FFI) 1990 atas kritik film “Langitku Rumahku” karya Slamet Rahardjo ini.

Tengku Zainuddinfoto: indra gunawan

Penanggungjawab kegiatan, Tengku Zainuddin, menjelaskan Festival Seni Taman sebagai respons pegiat seni dan budaya atas ajakan kolaborasi yang disampaikan Walikota Medan Muhammad Bobby Afif Nasution. Beberapa waktu lalu, saat menghadiri peringatan atas berpulangnya AS Atmadi, salah satu pegiat seni dan budaya Kota Medan, di pelataran Gedung Eks Taman Budaya Sumatera Utara (TBSU), Jalan Perintis Kemerdekaan, Walikota Medan menyampaikan ajakan agar para pegiat seni dan budaya memanfaatkan taman-taman aktif di Medan untuk berkegiatan.

“Terima kasih kami atas ajakan yang disampaikan secara santun oleh anak muda bernama Muhammad Bobby Afif Nasution, yang saat ini menjadi walikota kita. Visi kolaborasi akan kita jaga bersama, duduk sama rendah, berdiri sama tinggi. Ini persembahan pertama dari pegiat seni dan budaya. Kegiatan yang menjunjung prinsip kolaborasi akan terus kita gulirkan,” ujar Tengku saat menyampaikan laporan kegiatan, mewakili para pendukung acara.

Sebelumnya, mediator bersertifikat ini mengajak seluruh hadirin menundukkan kepala seraya berdoa untuk Almarhum Sultan Deli Ma’mun Al-Rasyid (Agustus 1853 – 9 September 1924). “Sultan Ma’mun Al-Rasyid merupakan sosok penggagas berdirinya Taman Sri Deli, Masjid Raya Al-Mashun dan Istana Maimun, tiga cagar budaya yang bersifat ikonik di Kota Medan ini,” ungkap Tengku.

Ketua Yayasan Ma’mun Al-Rasyid, Tengku Reizan Ivansyah (kanan) dan Maestro Lukis Muhammad Yatim Mustofafoto: indra gunawan

Ketua Yayasan Ma’mun Al-Rasyid, Tengku Reizan Ivansyah membuka kain hitam penutup karya pelukis-pelukis muda Sanggar Rowo, sebagai penanda dimulainya Festival Seni Taman. Sanggar Rowo yang diasuh maestro Muhammad Yatim Mustofa berkesempatan memamerkan sejumlah lukisan dalam kegiatan ini.

“Lukisan-lukisan karya pelukis muda Sanggar Rowo ini menampilkan realita kehidupan sosial masyarakat perkotaan,” ulas Sugeng, memandu sesi pembukaan.

Kepala Dinas Kebudayaan, OK Zulfi; Kepala Dinas Pariwisata, Agus Suriyono dan Ka Kwartir Cabang (Kwarcab) Gerakan Pramuka, Muhammad Husni ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang didukung penuh Dinas Kebersihan dan Pertamanan tersebut. Berlangsung mulai pukul 14.00 WIB hingga 18.00 WIB, kegiatan ini menyajikan puisi-puisi berbahasa daerah karya Sulaiman Sambas, Wirja Taufan, YS Rat, S. Ratman Suras, Bung Kamal Nasution dan Sugeng Satya Darma.

Anggota Majelis Kesenian Kota Medan (MKM), Jaya Arjuna dan Ketua Dewan Kesenian Kota Medan (DKM), Ryanto Aghly yang berhadir turut didaulat membacakan salah satu puisi karya sastrawan-sastrawan senior dimaksud. Anto –demikian Ryanyo Aghly biasa disapa— bahkan membaca puisi berbahasa Jawa.

Tarian multietnikfoto: indra gunawan

Selain pembacaan puisi, Festival Seni Taman juga diisi pagelaran musik dari Grup Jerangan, beragam tarian etnik dan nasyid. Seluruh hadirin disuguhi kopi, teh dan jajanan pasar khas tradisional secara gratis, sumbangsih para penggagas kegiatan.

Para penampil memanfaatkan ruang sisi Selatan Taman Sri Deli yang secara artistik ditata alami, tanpa menggunakan panggung khusus. “Saya bergetar berada di tengah-tengah kegiatan ini. Mohon izin saya mengambil gambar suasananya ya,” pamit wanita berhijab, yang mengaku pensiunan dosen Politeknik Negeri Medan, kepada Tengku Zainuddin, setelah mereka berbincang singkat.

Tengku Zainuddin mengapresiasi tata artistik pagelaran yang dipandu Bung Kamal Nasution. “Semuanya alami. Memanfaatkan apa yang ada saja, tanpa harus mencari ini dan itu. Termasuk rak itu,” ungkap Tengku, sembari menunjuk etalase berisi perlengkapan minum, serta jajanan pasar dan Kue Rasida khas Melayu, di sisi Timur Taman Sri Deli yang dipersiapkan penyelenggara untuk pengunjung.

Persembahan lagu-lagu bernuansa Islami dari kelompok nasyid asuhan Khairunnisafoto: indra gunawan

“Dengan memupus segala perbedaan di antara kita, kolaborasi pasti bisa dijalankan. Festival Seni Taman bukan sekadar pertunjukan, ini merupakan gerakan bersama dalam membangun seni dan kebudayaan,” tutup Tengku kepada agiodeli.com. (indra gunawan)

Share:
Komentar

Berita Terkini

 
Desain: indotema.com