AgioDeli.ID – Perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi Besar
Muhammad SAW harus dipedomani sebagai penyempurnaan keimanan terhadap kekuasaan
Allah SWT.
Ketua Umum Yayasan Universitas Islam Sumatera Utara
(UISU), Prof. H. Ismet Danial Nasution, drg., Ph.D., Sp. Pros(k)., FICD,
mengklasifikasi adanya dua peristiwa pada perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi Besar
Muhammad SAW, yakni Isra’ dan Mi’raj.
Kedua peristiwa itu tak dapat dipisahkan satu sama
lain. Dan, bersifat fundamental dalam peradaban Islam. Hakikatnya, bila
dimaknai secara paripurna, Isra’ Mi’raj-nya Nabi Besar Muhammad SAW akan
menyempurnakan keimanan umat Islam terhadap kekuasaan Allah SWT.
Prof. Ismet menyampaikan uraian tersebut pada kuliah
umum di Gedung Auditorium Kampus Induk UISU, Jalan SM Raja, Medan, Jumat, 24
Februari 2023.
Kuliah umum ini diselenggarakan Keluarga Besar UISU
dalam rangka memperingati Isra’ Mi’raj Nabi Besar Muhammad SAW tahun ini (1444
H/2023 M).
Sosok yang juga bergelar Datuk Cendikia
Dharmalaksana Raja ini menjelaskan, terdapat dua peristiwa dalam Isra’ Mi’raj-nya
Rasulullah SAW.
Dari kedua peristiwa itu, menurutnya, ada yang
terjangkau oleh manusia dan ada pula yang tidak terjangkau.
“Isra’ adalah perjalanan Rasulullah dari Masjidil
Haram (Mekkah, Arab Saudi) menuju Masjidil Aqsa (Palestina). Mi’raj, dari Masjidil
Aqsa ke Sidratul Muntaha,” ujarnya.
Apa yang terjangkau dan apa yang tidak terjangkau?
“Yang terjangkau, Masjidil Haram kita tau, kita bisa
jangkau. Masjidil Aqsa juga begitu. Mudah-mudahan, kita sudah mendapat
kesempatan berkunjung ke Masjidil Aqsa. Alhamdulillah, atas izin Allah, saya
pernah mendapat kesempatan berkunjung ke Masjidil Aqsa, beberapa tahun lalu,”
sambung Prof. Ismet.
Lalu, peristiwa yang tidak terjangkau oleh manusia,
menurut Asesor Lembaga Akreditasi Mandiri Perguruan Tinggi Kesehatan (LAM PT-Kes)
ini adalah peristiwa Mi’raj.
“Mi’raj, dimulai dari gua di bawah Masjidil Aqsa,
menuju Sidratul Muntaha. Ini yang tidak terjangkau. Di situ kita bisa melihat
kekuasaan Allah,” jelasnya.
“Sebagai akademisi yang beriman dan religi, kita
harus pahami bahwa setinggi apapun ilmu kita, tetaplah ada batas,” tegasnya
pula.
Karena itu, lanjut dia, peristiwa Isra’ Mi’raj harus
dipedomani sebagai penyempurna keimanan.
Melalui semangat Isra’ Mi’raj, Prof. Ismet lalu
mengajak seluruh elemen UISU untuk bersama-sama menjalankan tanggungjawab
membesarkan UISU.
“Saya mengajak kita semua untuk bersatu padu,
melaksanakan amanah yang kita pikul bersama dalam menjalankan dan mengembangkan
UISU, yang sama kita tahu didirikan oleh ulama pada 3 Januari 1951,”
pungkasnya.
Kuliah umum dalam rangka memperingati Isra’ Mi’raj
ini dirajut dengan tema “Shalat Membentuk Akhlakul Karimah sebagai Wujud Isra’
Mi’raj Menuju UISU Unggul”.
Ketua Panitia H. Ikrom Helmy Nasution, SH.
mengatakan, peringatan Isra’ Mi’raj bukanlah hal baru di lingkungan Yayasan
UISU. Peringatan Isra’ Mi’raj dilaksanakan rutin setiap tahunnya.
Kali ini, dia mengajak seluruh Keluarga Besar UISU
untuk bermuhasabah memaknai Isra’ Mi’raj.
“Kita tahu, yang dijemput Rasulullah sebagai
oleh-oleh dari perjalanan Is’rak Mi’raj adalah perintah sholat. Untuk itu,
marilah kita perkuat komitmen kita dalam menegakkan sholat, sebagai hamba yang
menjalankan perintah Allah SWT. Sehingga, cita-cita UISU unggul, sesuai tema
acara, bisa segera tercapai,” ajaknya.
Di kesempatan ini, H. Ikrom mengucapkan terima kasih
atas partisipasi seluruh pihak dalam penyelenggaraan peringatan Isra’ Mi’raj
ini, khususnya partisipasi dari unsur pengurus Yayasan UISU dan unsur pimpinan
akademik.
Kegiatan ini juga dirangkai dengan pandangan umum
tentang Isra’ Mi’raj dari Ustadz Dr. H. Achyar Zein, M.Ag.
Disampaikan, Isra’ Mi’raj sebagai sebuah peristiwa
besar dalam peradaban Islam menyiratkan bahwa Allah SWT adalah zat yang maha
suci. Untuk bisa mendekatkan diri kepada Allah, maka seorang hamba harus lebih
dulu mensucikan diri.
Menurut Ustadz Dr. H. Achyar Zein, M.Ag., semua itu
tergambar dalam peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Besar Muhammad SAW, hingga kembali
ke Mekkah dengan membawa perintah sholat lima waktu.
“Sholat adalah media yang paling efektif untuk
berkomunikasi atau bermunajat kepada Allah SWT,” ujarnya, sembari mengingatkan
bahwa seorang hamba tentunya harus sudah mensucikan diri sebelum melaksanakan
sholat.
Dia kemudian menjelaskan, sholat pada hakikatnya
adalah berzikir, mengagungkan Allah SWT. Dan, hanya dalam sholatlah tiga
komponen zikir bisa dijalankan bersamaan.
“Ada tiga komponen zikir, yakni zikir lisan, zikir
anggota tubuh dan zikir kalbu. Hanya dalam sholat ketiga komponen zikir bisa dijalankan
bersamaan,” tukasnya.
Di kesempatan sama, Rektor UISU Dr. H. Yanhar
Jamluddin, M.A.P. mengamini uraian Prof. Ismet maupun Ustadz Achyar Zein.
“Saya kira, komitmen kita pada peringatan Isra’ Mi’raj
1444 H ini adalah, mari kita tegakkan sholat. Sehingga, apa yang menjadi
cita-cita UISU bisa tercapai. Karena dari sholat, akan terbentuk akhlak-akhlak
yang baik,” ujarnya.
Hadir dalam kegiatan ini Ketua Pembina Yayasan UISU,
T. Hamdy Oesman Delikhan Al Hajj gelar Raja Muda Deli, beserta jajaran Anggota
Pembina Yayasan UISU, yakni Ir H. Rizal Fahmi Nst dan Ir. Hj. Ir. Susi
Chairunnisa.
Hadir pula Ketua Pengawas Yayasan UISU, H. Sopyan,
SH., dan jajaran Pengurus Yayasan UISU, yakni Dr. H. Danilsyah, SH., MH., H. Syaiful
Jihad, ST., Ir. Armansyah, ST., jajaran wakil rektor UISU, para dekan, ketua
prodi, dan Kepsek SMA UISU.
Cukup spesial, kegiatan kali ini juga diikuti mantan
Ketua Penolong Setia Usaha Bagian Komunikasi Korporat Kementrian Wilayah
Persekutuan Putrajaya Malaysia, Encik Saliki bin Amat Januri.
Begitulah, seluruh unsur pimpinan Yayasan UISU
maupun pimpinan akademik UISU memaknai Isra’ Mi’raj Nabi Besar Muhammad SAW
sebagai sebuah peristiwa fundamental dalam peradaban Islam. Peristiwa yang
mewariskan jalan bagi umat Islam dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT Sang
Pencipta, sekaligus mengimani kekuasaan-Nya. (habib yasin)