Bayu Anggara gotong-royong bersama warga membersihkan lingkungan di Desa Sena, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deliserdang. |
AgioDeli.ID – Tak ada yang membayangkan kalau desa yang dulu sepi, diabaikan investor dan agak terbelakang, kini berubah 180 derajat. Terutama setelah desa ini menjadi pintu gerbang utama dari dan menuju Bandara Internasional Kuala Namu.
Begitulah. Desa di Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deliserdang,
Sumatera Utara ini sedang
melaju mengejar ketertinggalannya. Tak hanya pembangunan di bidang
infrastruktur, pembangunan suprastrukturnya pun terus dipacu. Pertunjukan
kesenian digalakkan dan sanggar-sanggar seni mendapat perhatian. Kegiatan agama
juga tak ketinggalan, turut disemarakkan.
Namun impian
terbesar desa ini justru mewujudkan Desa Sena menjadi “Desa Seni Budaya”. Yakni, sebuah desa yang bisa menjadi
“etalase” untuk semua produk seni dan budaya yang dapat memberi rasa bangga
pada warga Desa Sena khususnya, dan masyarakat Sumatera Utara pada umumnya.
Gagasan
untuk menjadikan Desa Sena sebagai “Desa Seni Budaya” itu sebenarnya sudah
dilontarkan sejak tahun 2018 ketika Desa Sena masih dipimpin Bantu Suprayitno.
Namun, belum lagi gagasan
itu terwujud, kepala desa tersebut keburu dipanggil Yang Maha Kuasa. Sementara,
kepala desa penerusnya,
Bayu Anggara, S.H., belum bisa melanjutkan gagasan itu
karena sejak beberapa tahun lalu Covid-19 melanda Indonesia.
Letak strategisnya sebagai pintu gerbang utama masuk
dan keluar Bandara Kuala Namu, adalah nilai lebih Desa Sena. Ini diharapkan bisa menjadikan desa tersebut “etalase terdepan” untuk segala macam
produk seni budaya di Sumatera Utara.
Karena
itulah, setelah pembangunan infrastruktur seperti perbaikan jalan, drainase,
sanitasi dan lain-lainnya selesai dikerjakan, prioritas pembangunan Desa Sena
akan diarahkan menjadi “Desa Seni Budaya”. Hal itu, sekali lagi, sangat
dimungkinkan karena letaknya yang strategis.
Kalau saja
gagasan itu terlaksana, bisa dipastikan Desa Sena akan menjadi satu-satunya
desa di Kabupaten Deliserdang atau bahkan di Sumatera Utara yang menyandang predikat
sebagai Desa Seni Budaya, di luar desa-desa lain yang ada di daerah tujuan
wisata.
Aktivitas Kesenian
Selama ini
Desa Sena memang hanya menjadi sekadar tempat perlintasan bagi orang yang datang dan keluar dari
Bandara Kuala Namu. Bahkan, bisa jadi orang yang melintas tak tau kalau
sebagian dari jalan mulus yang mereka lintasi menuju atau keluar dari Bandara
Kuala Namu itu berada di Desa Sena. Karena itulah gagasan menjadikan desa ini
sebagai “Desa Seni Budaya” akan berdampak positif. Tidak hanya bagi masyarakat desa, tapi
juga bagi Pemerintah
Kabupaten
Deliserdang dan Sumatera Utara.
“Targetnya tidak muluk-muluk. Kita hanya berharap kelak para pengguna jalan menuju dan dari Bandar Kuala Namu akan singgah barang sejenak di desa ini. Baik untuk istirahat, mencicipi kuliner khas Sumatera Utara, menyaksikan pertunjukan kesenian dan akhirnya membeli barang-barang souvenir yang dibuat masyarakat,” ujar Bantu Suprayitno, kala mencetuskan gagasan itu.
Kini Desa Sena dipimpin oleh Bayu Anggara, yang menjabat kurang lebih sejak tiga tahun lalu. Kepala desa kelahiran 9 November 1991 ini masih relatif muda dan energik. Dia bertekad meneruskan pembangunan yang sudah dirintis dan dimulai oleh kepala desa sebelumnya.
Sebagaimana
diketahui, di Desa Sena saat ini tumbuh berbagai aktivitas kesenian atas
inisiatif warga. Selain kegiatan sastra melalui Forum Sastrawan Deliserdang
(Fosad) yang sejak beberapa tahun lalu menjadikan desa ini sebagai basic
kegiatannya, di Desa Sena juga tumbuh macam-macam kegiatan seni. Ada Sanggar
Seni Tari, Seni Angguk, Grup Marhaban Qasidah dan Nasyid.
Perwiritan
kaum ibu yang ada di setiap dusun, bahkan sangat aktif melakukan berbagai
kegiatan pengajian. Demikian juga dengan Grup Nasyid Khairunnisa yang tidak
hanya berkiprah di desanya, tapi juga aktif mengikuti berbagai kegiatan di
tempat lainnya.
Bayu Anggara
terpilih menjadi Kepala Desa Sena setelah memenangi Pemilihan Pengganti Antar
Waktu (PAW) Kepala Desa Sena pada bulan Maret 2019. Dalam pemilihan yang
diikuti tiga kandidat itu, dia meraih 72 suara dari total 95 suara pemilih.
Alumni Fakultas Hukum Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) ini kemudian
dilantik oleh Wakil Bupati Deliserdang, H. Zainuddin Mars pada 4 April
2019.
Sebagai
kepala desa termuda, mungkin di seluruh Sumatera Utara, hal paling
membahagiakannya kala itu adalah mendapat undangan dari Presiden Jokowi untuk
menghadiri pertunjukan Wayang Kulit di Istana Negara dalam Rangka Perayaan HUT
ke-74 Kemerdekaan RI. Sebab, tak semua orang bisa mendapat kesempatan seperti itu.
Apalagi pertunjukan wayang kulit dengan dalang ternama Ki Manteb Soedharsono,
seumur-umur baru pertama kali digelar di Istana Kepresidenan RI.
Tapi
diundangnya Bayu ke Istana Presiden itu bukan suatu yang kebetulan. Seperti
diketahui, selama ini Desa Sena yang dipimpinnya memang dikenal sebagai salah
satu desa di luar pulau Jawa yang rajin menggelar acara wayangan, terutama setiap kali
menyambut datangnya bulan Muharram (1 Syuro).
Membuka Diri
Seperti
halnya dengan almarhum Bantu Suprayitno yang juga seorang seniman, Bayu Anggara
juga membuka diri seluas-luasnya bagi kegiatan kesenian di desanya. “Tak hanya
terhadap Fosad, siapa pun boleh mengadakan acara kesenian di Desa Sena selama
itu bermanfaat dan bertujuan positif,” katanya.
Bayu
berharap, kerjasama yang sudah terjalin baik selama ini dengan para seniman
bisa terus dilanjutkan. “Saya masih muda. Mohon dukungan dan masukan dari
bapak-bapak semua,” katanya dalam satu perbincangan dengan para seniman.
Selain itu,
Bayu juga bertekad akan membangun Desa Sena menjadi Desa Seni Budaya dari usaha
masyarakat Desa Sena sendiri. Bukan berarti dia tidak mau menerima bantuan dari
pihak lain, tapi menurutnya gagasan baik itu tak bisa menunggu bantuan baru
dikerjakan.
Desa Sena
yang pernah jadi pembicaraan nasional karena kelompok taninya berhasil
menemukan pupuk organik dari kencing Kambing, sekarang sedang menggeliat untuk
menemukan “ikon” baru sebagai desa yang menjadi gerbang utama Bandara Kuala
Namu. Melalui kegiatan seni budaya “ikon” itu tampaknya sudah mulai ditemukan.
Bayu Anggara
yang kini mencalonkan diri kembali untuk menjadi kepala Desa Sena, pada
Pilkades Serentak 18 April mendatang, memang sedang berusaha mewujudkannya. Kalau
upaya menjadikan Desa Sena sebagai Desa Seni Budaya itu terlaksana, bisa
dipastikan Sumut akan punya satu lagi pusat aktivitas kesenian. Tidak hanya di
Taman Budaya Medan atau di PRSU, tapi juga di Desa Sena. Semoga! (donny)