Idrus Djunaidi saat berbicara kepada wartawan di NamC Kafe, Medan, Jumat (11/3/2022). foto: indra gunawan/AgioDeli.ID
AgioDeli.ID – Operasi politik Edy Rahmayadi di penghujung masa baktinya
sebagai Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) dipandang sebagai wujud kegelisahan.
“Jika memang
dia memiliki kemampuan memimpin yang baik dan punya prestasi, pastinya
partai-partai politik akan meliriknya. Bukannya dia yang harus melakukan
operasi politik, keliling minta dukungan. Ini seperti dia takut tak lagi
dicalonkan pada Pilgubsu 2024 mendatang,” ujar pemerhati politik, Idrus
Djunaidi di NamC Kafe, Kompleks Perumahan Menteng Indah, Medan, Jumat (11/3/2022).
Edy sudah
mendapatkan kesempatan lebih dari tiga tahun untuk menunjukkan prestasi.
Sayangnya, sebut Idrus, sejauh ini nyaris tak ada komponen di Sumut yang menyimpulkan
sosok mantan Pangkostrad itu sukses meningkatkan derajat hidup masyarakat.
“Kalau
berprestasi, pastinya partai-partai politik punya keyakinan penuh untuk
mendukungnya kembali. Sama seperti keyakinan mereka saat mengusung Edy di
Pilgubsu 2018 lalu,” tukas tokoh muda yang juga dikenal sebagai deklarator
Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) di Sumut ini.
Diketahui,
Edy Rahmayadi terang-terangan minta dukungan kepada PKS dan NasDem, saat
baru-baru ini kedua partai politik tersebut menggelar rapat kerja wilayah
(rakerwil) di Sumut. Edy memanfaatkan kesempatan di podium, dalam kapasitasnya
sebagai Gubsu yang didaulat menyampaikan sambutan pada pembukaan rakerwil.
Selain
meminta dukungan kedua partai politik tersebut, Idrus mencatat Edy Rahmayadi juga
bermanuver dengan penuh harap bahwa Walikota Medan Bobby Nasution mau
berpasangan dengannya di 2024. Bagi Idrus, manuver Edy ini merupakan sesuatu
yang naif.
“Bayangkan,
kepada media Edy mengatakan: Kalau kami maju, siapa lawan? Ini naif. Sepertinya
dia sudah mentalak tiga Ijeck (Wagubsu H. Musa Rajeckshah). Padahal, mereka
berdua kan masih punya tugas hingga 2023 mendatang,” tambah Idrus.
Peluang Ijeck di 2024
Meski masih
memiliki waktu hingga 2023, Idrus mengaku tidak yakin Edy Rahmayadi bisa
berbuat sedikit saja untuk mewujudkan janji kampanyenya, yakni Sumut
Bermartabat. Itu disimpulkan berdasarkan operasi politik yang sudah dilakukan
Edy saat ini.
“Bagaimana
kita berharap dia bekerja lagi, jika sekarang saja sudah sibuk mikir 2024. Beda
dengan Ijeck. Secara santun dia tetap menahan diri untuk bicara soal pilgubsu
mendatang. Padahal, Ijeck sekarang berposisi sebagai Ketua DPD Partai Golkar
Sumut,” ungkapnya.
Lantas, jika
Ijeck maju di 2024, bagaimana peluangnya? Bukankah kegagalan Edy juga bisa
dinilai sebagai kegagalan Ijeck, mengingat mereka menjanjikan hal yang sama
saat Pilgubsu 2018?
Menanggapi
ini, Idrus menyampaikan pemikiran berbeda. Berdasarkan Undang-Undang No 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, sebutnya, sudah diatur bahwa wakil
kepala daerah bertugas membantu kepala daerah.
“Nah,
bagaimana jika kepala daerah tidak memberi porsi kepada wakilnya untuk membantu
tugas-tugasnya? Fakta yang kita lihat begitu. Jadi, Ijeck sebenarnya tak
berkaitan langsung dengan kegagalan Edy,” tukasnya.
Menurutnya,
secara umum masyarakat Sumut masih memandang Ijeck sebagai sosok berkarisma.
Masih sama seperti dulu, ketika Ijeck mampu mendongkrak suara untuk kemenangan
Eramas di 2018. (indra)