Sumut Koridor Utama Keekonomian Jalan Tol Trans Sumatera

Editor: AgioDeli.id author photo

JTTS
Asdep Kemenko Marves, Ferry Akbar Pasaribu (dua dari kiri) diapit Wagubsu Musa Rajekshah, Gubernur Aceh Nova Iriansyah dan Wakil Gubernur Jambi Abdullah Sani. FOTO: ISTIMEWA 

AgioDeli.ID
Sumatera Utara (Sumut) merupakan koridor utama pemanfaatan ekonomi atas keberadaan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) yang membentang dari Provinsi Aceh hingga Lampung.

Hal tersebut disampaikan Asisten Deputi Strategi dan Kebijakan Percepatan Investasi pada Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), Ferry Akbar Pasaribu saat memimpin Rapat Koordinasi (Rakor) Regional I Penguatan Kontribusi Daerah dalam Penuntasan Pembangunan JTTS.

Rakor berlangsung di Medan, Sumut, Senin (25/4/2022). Dihadiri secara fisik dan virtual oleh peserta dari berbagai kementerian lembaga pusat, Gubernur Provinsi Aceh, Wakil Gubernur Sumatera Utara dan Jambi, Wakil Gubernur Riau dan Sumatera Barat, badan usaha milik negara, pengusaha nasional dan daerah serta konsul jenderal Jepang dan Singapura.

Asisten Deputi Strategi dan Kebijakan Percepatan Investasi pada Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves, Ferry Akbar Pasaribu, mengatakan rakor ini sangat penting untuk memobilisasi dukungan berbagai pemangku kepentingan, khususnya pemerintah daerah yang menjadi lokasi proyek pembangunan JTTS. Sinergi pemerintah pusat dan daerah diharapkan dapat mempercepat penuntasan pembangunan JTTS.

“Kita perlu mendorong pembangunan JTTS karena Sumatera adalah mesin pendorong pertumbuhan nasional terpenting setelah Jawa. Artinya, Sumatera memiliki potensi ekonomi yang luar biasa. Oleh karena itu saya sangat mendukung jika JTTS ini bisa segera terwujud,” kata Ferry mengawali sambutannya.

Ferry mengungkapkan, dirinya sudah melihat langsung di lapangan proses pembangunan JTTS yang digawangi oleh PT. Hutama Karya (HK). Jika JTTS ini selesai, menurut dia akan memberikan dampak ekonomi positif di seluruh wilayah Sumatera (mulai Banda Aceh hingga Lampung). Sebab, jalur logistik menjadi lebih lancar dan menekan ongkos produksi.

“Orang yang sebelumnya tidak memiliki pikiran untuk berbisnis akan berubah pikiran dengan lancarnya jalur logistik akibat JTTS ini. Jadi JTTS memiliki economic multiplier effect yang luar biasa,” katanya.

Dia menjelaskan pembangunan JTTS ini terdiri dari 4 tahapan dan pada saat ini baru tahap pertama yang sudah beroperasi. Kendati demikian, ia menyadari bahwa tahap 2 dan 3 sangat krusial sehingga perlu didorong sinergi berbagai pemangku kepentingan.

“Penuntasan tahap berikutnya sangat krusial agar JTTS Tahap I yang sudah operasional itu memiliki nilai keekonomian. Sebagai contoh, Ruas Lampung dan Sumatera Selatan sudah tersambung dan memiliki keekonomian yang akan terus meningkat karena potensi ekonomi kedua provinsi yang sangat besar. Namun, ruas ini belum tersambung ke Provinsi Riau dan Sumatera Utara yang justru merupakan koridor utama pertumbuhan ekonomi Sumatera. Hal ini yang menyebabkan multiplier effect JTTS Tahap I belum sepenuhnya optimal,” bebernya.

“Pembangunan infrastruktur itu bukan hanya dibutuhkan oleh Sumatera, namun seluruh wilayah Indonesia. Untuk itu kami mendorong seluruh provinsi di Sumatera bersinergi mendorong penuntasan JTTS. Saya berharap agar seluruh provinsi di Sumatera dapat memberikan opsi-opsi kebijakan kepada pemerintah pusat guna mengakselerasi penuntasan JTTS,” sambungnya.

 

Tidak Harus Mengandalkan APBN

Ia memandang, pembangunan infrastrukur termasuk JTTS tidak harus selalu mengandalkan APBN, namun perlu dikembangkan creative financing atau skema alternatif lainnya. Sehingga, proyek pembangunan infrastruktur bisa diwujudkan tanpa harus membebankan biayanya pada APBN.

“Sumatera Utara, Riau dan Sumatera Barat akan menjadi pengungkit daerah-daerah sekitarnya (spilll over impact) kalau ketiga provinsi ini tersambung, yaitu Provinsi Aceh dan Jambi. Ini yang menjadi alasan utama kenapa kami mengadakan rakor di Medan, karena motornya memang di Sumut sebagai ekonomi yang paling besar,” tegasnya.

Sementara itu, Wakil Gubernur Sumatera Utara (Wagubsu), Musa Rajekshah, mengungkapkan JTTS sangat penting dan perlu ada di wilayahnya demi kemajuan pembangunan daerah.

“Kita sendiri merasa betapa pentingnya infrastruktur jalan untuk dapat ditingkatkan agar lebih baik dan dimanfaatkan masyarakat. Ini sangat penting bagi perekonomian daerah,” kata sosok yang akrab disapa Ijeck, dalam pertemuan itu.

Dia bahkan menganalogikan infrastruktur jalan atau JTTS layaknya urat nadi di dalam tubuh manusia yang berfungsi mengalirkan darah, begitu pula dengan keberadaan JTTS nantinya. Jika infrastruktur baik, kata dia, maka bermanfaat dan akan mendorong pertumbuhan ekonomi maupun kesejahteraan masyarakat.

Ia juga berharap agar Ruas JTTS yang menghubungkan Sumatera Utara dan Riau dapat diprioritaskan dan masuk dalam Tahap II pembangunan JTTS.

Sejalan dengan itu, Gubernur Aceh Nova Iriansyah menuturkan pentingnya JTTS segera diselesaikan. Menurutnya, tidak terbantahkan kemajuan satu daerah atau negara harus diawali dengan perbaikan infrastruktur.

“Jalan tol itu adalah keniscayaan dan kita menyesuaikan, apapun keperluan tentang jalan tol akan kita dukung, kita upayakan,” katanya.

Sebelum rakor, Asdep Ferry beserta tim melakukan kunjungan ke lokasi pembangunan Jalan Tol Ruas Binjai-Langsa, bagian dari JTTS di wilayah Kabupaten Langkat, Sumut. Asdep Ferry dan tim didampingi langsung oleh perwakilan HK, sejumlah pewakilan pemerintah daerah, dan lainnya.

Asdep Ferry dan tim juga mengunjungi salah satu titik penting di Ruas Binjai-Langsa, yakni Jembatan Wampu. Jembatan ini memiliki konstruksi unik dan didesain sedemikian rupa yang akan membentangi Sungai Wampu. Jembatan sepanjang 231 meter ini dibangun dengan rangka baja. (dirga)

Share:
Komentar

Berita Terkini

 
Desain: indotema.com