Jajaran Fungsionaris Pokja Humas Sumut usai berdiskusi menyusun rencana sarasehan dalam rangka refleksi 4 tahun kepemimpinan Eramas di Sumatera Utara. FOTO: ISTIMEWA
AgioDeli.ID – Kelompok Kerja Kehumasan Sumatera Utara (PokjaHumas Sumut) akan menggelar sarasehan di Medan, 5 September 2022 mendatang,
untuk merefleksi secara komprehensif empat tahun kepemimpinan Eramas (Edy
Rahmayadi-Musa Rajekshah) di Sumut.
“Persis 5 September nanti, empat tahun sudah Pasangan
Eramas memimpin Sumut. Apa yang dirasakan masyarakat Sumut selama empat tahun
dipimpin Eramas, sejumlah elemen akan merefleksikannya dalam sarasehan nanti.
Lalu, akan kita simpulkan bersama,” ujar Ketua Pokja Humas Sumut, Dr. Supriadi,
S.E., M.M., M.Si., kepada wartawan di Medan, Kamis (1/9/2022), usai memimpin
diskusi internal Pokja Humas Sumut terkait rencana digelarnya sarasehan.
Pakar ekonomi dari Universitas Islam Sumatera Utara
(UISU) ini menambahkan, dalam sarasehan nanti pihaknya sebisa mungkin
menghadirkan sosok-sosok yang dapat merepresentasikan berbagai lapisan
masyarakat Sumut. Sehingga, keragaman sudut pandang akan mengemuka dan
menjadikan kesimpulan dalam sarasehan cukup komprehensif.
“Keragaman sudut pandang kami kira penting untuk bisa
direfleksikan. Sehingga, kesimpulan dalam sarasehan nantinya tidak sumir,” ujar
Supriadi, didampingi Sekretaris Pokja Humas Sumut Mirza Syahputra, S.E., dan
Bendahara Abdul Salim.
Selepas sarasehan, timpal Mirza, Pokja Humas Sumut akan
menggelar survei mengenai tingkat kepuasan mayarakat terhadap kepemimpinan
Eramas. Selain itu, juga akan disurvei elektabilitas sejumlah tokoh di Sumut.
“Survei dilakukan bekerjasama dengan kampus tertentu.
Tokoh-tokoh yang akan disurvei tingkat elektabilitasnya adalah mereka yang
namanya dimunculkan dalam sarasehan nanti. Jadi, kita akan tanya juga kepada
peserta sarasehan, siapa yang pantas memimpin Sumut ke depan. Sebab, Pilkada
Serentak 2024 hitungannya sudah semakin dekat,” beber Mirza.
Gubernur ‘Cakap-Cakap’
Sementara itu salah satu pendiri Pokja Humas Sumut, H. Idrus Djunaidi mengungkapkan kalau saat ini sejumlah pihak telah memulai perang opini terkait kepemimpinan Eramas yang terhubung dengan Pilkada Serentak 2024.
“Ada yang menilai positif, ada pula yang negatif. Kita
paham tujuannya terhubung dengan 2024. Lalu, ada yang mulai mengulik-ulik
tendensi apakah Pasangan Eramas masih harmonis atau sudah pecah temberang,”
ujar Idrus.
Tidak bermaksud ikut-ikutan menggiring opini publik
jelang sarasehan, Idrus menggarisbawahi bahwa dalam sistem baku pemerintahan,
sebagaimana Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, “kunci”
ada di kepala daerah. Sedangkan wakil kepala daerah, hanya dimandatkan membantu
kepala daerah.
“Membantu, artinya jika diminta oleh kepala daerah. Atau,
jika kepala daerah berhalangan tetap. Nah, jika wakil kepala daerahnya dicueki
aja oleh kepala daerahnya, bagaimana? Apa yang mau dibantu?” rinci Idrus.
Aktivis yang juga deklarator Ikatan Jurnalis Televisi
Indonesia (IJTI) di Sumut ini juga mengungkap hasil monitoringnya terkait
lalulintas informasi di media sosial maupun media konvensional tentang
kepemimpinan Gubsu Edy Rahmayadi.
“Sejauh monitoring kita, Gubsu Edy justru lebih sering menunjukkan temperamen tingginya dengan komentar-komentar nyeleneh di media dan bikin ‘gaduh’. Praktis lebih dari tiga setengah tahun sebelum ini, Gubsu Edy tidak membuka diri menerima masukan elemen masyarakat. Nah, setelah hampir empat tahun berkuasa, udah dekat-dekat lagi pilkada, baru dia terlihat sangat wellcome dan bahkan ‘pedekate’ sana-sini,” sindir Idrus.
Idrus mengatakan, publik lebih mengenal Gubsu Edy Rahmayadi sebagai gubernur cakap-cakap (baca: umbar cerita). Selama empat tahun, lebih banyak mengumbar kehebatan diri sendiri tanpa karya berarti.
“Tak banyak yang dia kerjakan. Lihat infrastruktur, lihat
mutu pendidikan sekolah menengah atas yang menjadi tanggungjawab provinsi, tak
ada peningkatan. Begitupun, kita masih perlu mendengar refleksi dari
kawan-kawan lainnya dalam sarasehan nanti. Semoga persembahan Pokja Humas Sumut
ini bermanfaat bagi masyarakat,” pungkasnya. (donny)