AgioDeli.id - Gemerlap makan malam dan Musyawarah Lembaga Adat Rumpun Melayu se-Sumatera, menjadi bagian dari perayaan megah Puncak Perayaan 3 Abad Kesultanan Serdang. Acara yang disertai dengan mahakarya busana Negeri Serdang yang megah karya Tengku Abdul Jabar, serta pertunjukan seni kolosal yang memukau berjudul "Dari Serdang Untuk Indonesia," menjadi bagian dari rangkaian perayaan yang berlangsung semarak ini digelar di Convention Hall Pemerintah Kabupaten Deli Serdang, Jalan Negara, Kelurahan Petapahan Kecamatan Lubuk Pakam pada Senin (3/7/2023) malam.
Acara yang ditandai dengan tabuhan Gendang Melayu tersebut
menggambarkan komitmen yang teguh dari Kesultanan Serdang untuk mempertahankan
adat dan budaya di Nusantara.
"Dengan izin Allah, inilah salah satu usaha kami agar
anak cucu kita tidak melupakan nilai-nilai budaya yang telah diajarkan oleh
para pendahulu," ujar Sultan Serdang IX, yang akrab dipanggil Paduka Sri
Sultan Tuanku Drs Tengku Ahmad Thala'a Shariful Alamsyah dalam acara tersebut.
Sultan Serdang memberikan penghargaan kepada Pemerintah Kabupaten
Deli Serdang yang selama ini memberikan dukungan dan dorongan tidak hanya
kepada Kesultanan Serdang, tetapi juga kepada seluruh rakyat Indonesia yang
berada di Deli Serdang.
"Moto Kabupaten Deli Serdang adalah bersatu dalam
kebhinekaan, yang menjadi modal utama dalam membangun kabupaten ini,"
jelasnya.
Peringatan Tiga Abad Kesultanan Serdang ini, kata Tengku
Ameck, yang merupakan sebutan akrab bagi Sultan Serdang, bertujuan untuk
memperkenalkan adat dan budaya Melayu kepada generasi muda di Deli Serdang.
"Selain itu, ini juga terkait dengan Hari Jadi ke-77
Kabupaten Deli Serdang. Generasi muda Deli Serdang harus mengetahui bahwa
sebelum berdirinya Kabupaten Deli Serdang, Kesultanan Negeri Serdang sudah
lebih dulu berdiri di wilayah ini. Saat ini, walaupun dalam bentuk yang
berbeda, eksistensi kami tetap terjaga dengan mempertahankan tradisi adat
sampai ke tingkat yang paling dasar, yaitu dengan memiliki penghulu adat,"
papar Tengku Ameck.
Lebih lanjut, Tengku Ameck menjelaskan bahwa Kesultanan Serdang
bersama Pemerintah Kabupaten Deli Serdang terus berupaya untuk menghidupkan
kembali akar budaya di tengah masyarakat. Keyakinan mereka adalah jika suatu
daerah memiliki budaya yang maju, hidup rukun dan damai, maka daerah tersebut
akan berkembang maju dan masyarakatnya akan hidup sejahtera.
Turut hadir dalam acara tersebut Sekretaris Daerah Kabupaten
Deli Serdang yang menyampaikan bahwa kehadiran Sultan Serdang beserta kerapatan
adat kesultanan dan zuriat sultan, Lembaga Adat Rumpun Melayu Jambi, Riau,
Kepulauan Riau, Bengkulu, Sumatera Barat, Aceh, serta Forum Silaturahmi Keraton
Nusantara (FSKN) di Sumatera Utara, khususnya di Deli Serdang, merupakan suatu
kehormatan dan kebanggaan.
Penyelenggaraan Puncak Tiga Abad Kesultanan Serdang ini,
tambah Sekda, diharapkan dapat mewujudkan tujuan mulia untuk memelihara,
melestarikan, dan mengembangkan adat dan budaya Melayu.
Sekda menjelaskan bahwa Kabupaten Deli Serdang dianugerahi
dengan berbagai potensi dan keistimewaan oleh Tuhan Yang Maha Esa, termasuk nilai-nilai
luhur yang hidup di tengah masyarakat. Selain itu, wilayah Kabupaten Deli
Serdang yang luas, populasi penduduk yang besar, keragaman suku, agama, dan
budaya, serta letak geografis yang strategis, semuanya menjadi kekayaan alam
bagi Deli Serdang.
Secara historis, Kabupaten Deli Serdang juga memiliki peran
penting dalam sejarah Sumatera Utara dan Indonesia pada umumnya. Para ahli
sejarah dan berbagai penelitian telah mengungkapkan bahwa Kabupaten Deli
Serdang tidak dapat dipisahkan dari beragam fakta sejarah, salah satunya adalah
sejarah Kesultanan Serdang.
Hal ini terbukti dari sebagian wilayah administratif
Kabupaten Deli Serdang yang merupakan wilayah Kesultanan Serdang pada masa
lampau, baik di pesisir maupun di dataran tinggi. Oleh karena itu, Pemerintah
Kabupaten Serdang akan terus berupaya untuk menjaga dan melestarikan warisan
Kesultanan Serdang.
Turut hadir dalam acara tersebut Ketua Umum Forum Silaturahmi Keraton Nusantara (FSKN), yaitu Tuan Haji Brigjen Pol Purnawirawan Dr AA Mapparessa Karaeng Turi Kale 8 Maros, Sulawesi Selatan beserta permaisurinya; Sekretaris Umum FSKN, Raden Fasich Hanif Radinal; Sultan Tayan Kalimantan Barat, Gusti Yuri; Sultan Sepuh 15 Kesultanan Kasepuhan Cirebon, Pangeran Raden Adipati Luqma Zul Kaedin; Kesultanan Ternate, Pangeran Firmansyah Mudaffarsyah; pendiri Majelis Muslim Papua, H Thaha Alhamid; Heritage Foundation Washington DC, Ranndall Ruthledge; Zuriat Tun Sri Lanang Aceh Darussalam, Hj Pocut Haslinda; Ketum Rumah Komunikasi Lintas Agama yang juga Majelis Taklim Halima, Bunda Indah; Ketua Majelis Puan-Puan Melayu, Puan Hajjah Zunaidar Rivai; anggota DPR RI, Prof Djohar Arifin Husin, dan banyak lainnya.(AMAL)