AgioDeli.ID –
Kaesang gabung PSI (Partai Solidaritas Indonesia) merupakan wujud estetika
demokrasi. Begitu penegasan Ketua DPD PSI Tapanuli Utara (Taput), Roni Prima
Panggabean.
“Itulah
estetika demokrasi. Dalam demokrasi, setiap warga negara bebas untuk memilih
dan dipilih. Itu hak yang dijamin konstitusi. Selamat datang Bro Kaesang di
Rumah Solidaritas!” seru Roni, Senin, 25 September 2023.
Roni mengemukakan
penegasannya saat dimintai tanggapan soal polemik bergabungnya Kaesang Pangarep
ke PSI, baru-baru ini. Sejumlah kalangan mempertanyakan sikap putra Presiden
Joko Widodo (Jokowi) tersebut.
Melalui
platform media sosial maupun media arus utama, banyak yang berkomentar bahwa
langkah politik Kaesang tak lazim dan bisa bikin PDI Perjuangan murka. Sebab, sebagian
besar anggota keluarga Jokowi adalah kader PDI Perjuangan.
Menurut
Roni, seluruh kader PSI menyambut baik langkah progresif Kaesang Pangarep.
Baginya, estetika demokrasi dalam perpolitikan negeri ini memang hanya bisa
diharap muncul dari tokoh-tokoh muda seperti Kaesang.
Sekali lagi
penting untuk dipahami, lanjut dia, kebebasan memilih dan dipilih merupakan hak
setiap warga negara yang dijamin oleh UUD 1945, tepatnya Pasal 28.
Dia merinci,
Pasal 28D tegas berbunyi; Hak warga negara untuk memperoleh kesempatan yang
sama dalam pemerintahan. Kemudian Pasal 28E ayat (2); Hak katas kebebasan
meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati
nuraninya. Dan, Pasal 28E ayat (3); Hak atas kebebasan berserikat, berkumpul
dan mengeluarkan pendapat.
“Kesemuanya
menjamin hak warga negara untuk berkiprah dalam dunia politik, tanpa ada
batasan usia dan berasal dari keluarga mana," sebutnya.
Karenanya,
advokat muda yang merupakan putra asli Kabupaten Taput ini menegaskan, bergabungnya
Kaesang ke PSI merupakan bentuk kedewasaan nyata dari demokrasi di Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Inspirasi Generasi Millenial dan Generasi Z
Lebih jauh,
Roni menyimpulkan langkah politik Kaesang Pangarep akan menjadi rule model yang
menginspirasi kalangan generasi millenial dan generasi Z (gen-Z).
"Apakah
ini terlalu muda atau terlalu cepat? Tentu tidak. Ini justru yang menginspirasi
kalangan millenial dan gen-Z untuk berkiprah di dunia politik," kata Ketua
Bidang Advokasi & Litigasi Gerakan Nasional Pencegahan Korupsi Kota Depok
ini.
Tokoh-tokoh
pergerakan bangsa di masa perjuangan lalu, lanjut dia, seluruhnya berasal dari
kalangan muda. Tokoh-tokoh yang mengemuka saat itu, rata-rata masih berusia
belia.
“Misalnya Bung
Tomo, yang saat usianya masih 17 tahun sudah terjun di dunia politik sebagai
sekretaris Partai Indonesia Raya dan menjadi anggota Gerakan Kepanduan Bangsa
Indonesia,” ungkapnya.
Kemudian Bung
Karno. Sebelum akhirnya menjadi Presiden Pertama RI, di usia 26 tahun Bung
Karno mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI).
“Bahkan saat
itu Bung Karno sudah dijuluki sebagai sang orator ulung dengan pidatonya yang
selalu membakar semangat juang," ungkap Bakal Calon Legislatif (Bacaleg) PSI
untuk DPRD Taput dari Daerah Pemilihan 2, meliputi Kecamatan Sipoholon,
Parmonangan dan Pagaran ini.
Ketiga,
masih kata Roni, tokoh politik muda di zaman perjuangan adalah Ki Hajar
Dewantara. Sebagai salah satu pahlawan nasional yang menginspirasi, Ki Hajar
Dewantara mendirikan partai politik pertama di Indonesia pada 25 Desember 1912.
“Bersama
Douwes Dekker dan dr Cipto Mangunkusumo, Ki Hajar Dewantara mendirikan partai
yang dikenal sebagai Indische Partij,” kata advokat yang kerap membela
kepentingan arus bawah ini.
Dari kaum
perempuan, imbuh Roni, kita mengenal Raden Ajeng Kartini dan Dewi Sartika.
Keduanya merupakan pelopor emansipasi wanita melalui pendidikan. Mereka juga
merupakan tokoh pemimpin muda di zamannya yang mampu membawa perubahan besar. (*)
Penulis:
Donny
Editor:
Indra Gunawan
Email:
indragunawanku@gmail.com