Pemerhati sosial Sumatera Utara, Idrus Djunaidi meminta kondisi kejiwaan (psikis) Gubsu Edy segera diperiksa. (Dok/AgioDeli.ID) |
AgioDeli.ID – Demi kemanusiaan dan kepentingan publik, pemerhati sosial meminta orang-orang terdekat memeriksakan kondisi kejiwaan (psikis) Gubsu Edy (Baca: Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi).
“Kondisinya kita pikir bisa membahayakan masa depan
Gubsu Edy sendiri, maupun masa depan Provinsi Sumatera Utara. Periksakanlah, psikis
Gubsu Edy itu sehat atau tidak?” ungkap pemerhati sosial Sumatera Utara, Idrus
Djunaidi di Medan, Senin, 13 Maret 2023.
Secara faktual, sambung Idrus, Gubsu Edy sejak
dilantik September 2018 kerap memicu kontroversi dan kegaduhan. Kritik publik,
juga selalu direspons dengan amarah.
Untuk lebih memperkuat argumentasinya, Idrus
menginventarisir hal-hal yang mengindikasikan perlunya dilakukan pemeriksaan
intensif terhadap kejiwaan atau psikis Gubsu Edy.
Pertama dari sisi kebijakan. Idrus mencatat adanya
kontroversi proyek tahun jamak (multiyears) Rp2,7 triliun, yang sumber
pendanaannya masih simpang siur dan diproyeksikan selesai justru setelah Edy
Rahmayadi tak lagi menjabat Gubsu.
“Ada juga yang tidak proporsional, dia mencanangkan
program Medan bebas banjir 2022. Selain tidak pada porsinya, program itu juga
sekarang tak jelas juntrungannya. Padahal, anggaran sudah diposting,” tambah
Idrus.
Sepanjang sejarah, kata Idrus pula, baru Edy lah
kepala daerah yang mengganti sekaligus 911 pejabat eselon III dan IV. Parahnya,
dia kemudian melantik orang yang sudah meninggal dan beberapa pensiunan.
“Itu yang sudah terjadi. Gubsu Edy bilang, masih ada
lagi sekitar 600 orang yang akan dia copot dan gantikan,” ungkap Idrus,
mengutip pernyataan Edy pada 2 Maret 2023, saat melantik 21 pejabat eselon III
dan 63 orang pejabat eselon IV di lingkungan Pemprovsu.
“Ini fenomena ‘bongkar gudang’ pertama.
Sepengetahuan kita, belum pernah terjadi yang begini ini,” tambah Idrus.
Lalu dari sisi perilaku, ada sangat banyak yang
menurut Idrus tidak mungkin dipertontonkan seorang pemimpin jika dalam keadaan
normal.
“Kita barangkali ingat, di awal-awal dia selalu
merespons pertanyaan wartawan dengan amarah: Apa hak anda bertanya begitu?
Kemudian, mengajak berkelahi demonstran,” beber Idrus.
Seiring berjalannya waktu, ungkap Idrus lagi, Gubsu
Edy bahkan pernah mempertontonkan kekerasan. Ingat, di depan umum dia pernah menjewer
kuping pelatih billiard.
Pada suatu waktu, Gubsu Edy juga mengaku pernah
menggunakan narkoba. Dan, hampir berbarengan, secara bertubi-tubi dia mengumbar
sarkasme terhadap kader-kader Partai Golkar.
“Menurut saya, semua itu berhubungan erat dengan
kondisi psikisnya. Psikisnya sehat apa nggak itu kira-kira?” tanya Idrus dengan
intonasi tinggi.
Tak kalah sakit, lanjut Idrus, Gubsu Edy juga pernah melecehkan kandungan Al-Qur’an dan kuasa Allah SWT yang diimani umat Islam. Itu terjadi saat dia membangun analogi adanya manusia yang diciptakan dari tanah sengketa.
Kasus TSO
Teranyar, ungkap Idrus, saat ini Gubsu Edy
menunjukkan dirinya berwenang tanpa batas. Dia tak peduli dengan putusan
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) yang mengaktifkan kembali Bupati Padang Lawas
Tongku Sutan Oloan (TSO) lantaran kesehatannya sudah pulih.
Dilansir sejumlah media, surat itu juga disampaikan
kepada Bupati Padang Lawas, Wakil Bupati Padang Lawas dan Ketua DPRD Kabupaten
Padang Lawas sebagai tembusan.
Namun, Gubsu Edy merespons keputusan tersebut dengan
mengatakan, "Persoalan aktif dan tidak aktif itu adalah persoalan
prosedur, prosedurnya orang aktif itu harus dijawab oleh dokter. Dokternya
siapa, dokter yang ditunjuk yaitu di mana di posisi-posisi di Sumut adanya di
Rumah Sakit Adam Malik.”
Kepada wartawan di Medan, Jumat, 10 Maret 2023, mantan
Panglima Konstrad ini berdalih belum ada dokter yang menyatakan TSO sehat.
Menurutnya, itu syarat agar TSO bisa diaktifkan lagi sebagai Bupati Padang
Lawas.
Edy tidak memandang penjelasan Mendagri bahwa TSO dinyatakan
sehat oleh dokter berwenang di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr.
Cipto Mangunkusumo. Dia menegaskan dokternya harus dari RS Adam Malik, bukan
dari Jakarta.
“Dokternya itu ada di sini, bukan di Jakarta. Paham?
Suruh jawab dokternya nanti," pungkas Edy.
“Coba kita telaah, siapa sebenarnya yang sakit? TSO
atau Gubsu Edy?” tanya Idrus pula.
Mengingat kondite tersebut, Idrus menyarankan
orang-orang terdekat segera memeriksakan kondisi kejiwaan Gubsu Edy. Masih ada
tersisa sekitar enam bulan lagi Edy Rahmayadi menjabat Gubsu, yang bukan tidak
mungkin akan terjadi hal-hal lebih parah.
“Jika orang-orang terdekat Gubsu Edy tak
melakukannya, saya kira DPRD Sumut bisa mengambil inisiatif. Lakukan langkah
sesuai perundang-undangan yang berlaku,” tukas Idrus.
Dikatakannya, DPRD Sumut bisa menggelar rapat dengar pendapat (RDP), dengan menghadirkan pihak-pihak terkait.
“Jika seandainya benar Gubsu Edy terindikasi tidak cakap memimpin secara kejiwaan, maka jangan biarkan situasinya membahayakan kelangsungan pemerintahan di Provinsi Sumatera Utara ini.” pungkas Idrus. (indra)